
Aceh Utara, haba RAKYAT | Dalam rangka menjalankan Instruksi Pemerintah guna mewujudkan generasi yang berkualitas, SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara berupaya membebaskan anak-anak dari putus sekolah, memberikan perhatian khusus dengan melakukan program strategi untuk mengatasi anak rentan putus sekolah, yang diawali dengan membentuk Tim Satgas Anak Rentan Putus Sekolah (ARPS).
Hal itu dikemukakan Kepala SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara, Jalaluddin, S.Pd, M.Pd kepada haba RAKYAT, Jum’at (16/06).
Sebagai pimpinan sekolah, Jalaluddin memberikan perhatian khusus dengan melakukan program strategi untuk mengatasi anak rentan putus sekolah, yang diawali dengan membentuk Tim Satgas Anak Rentan Putus Sekolah (ARPS).
Kata Jalaluddin, Tim Satgas ARPS terdiri dari Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas, Komite Sekolah dan unsur Pengawas Pembina Sekolah.
“Selain saya sebagai kepala sekolah, mereka juga ikut dalam penanganan anak rentan putus sekolah,” ujarnya.
Ia menerangkan, tujuan dari membentuk Satgas ARPS adalah untuk meminimalisir angka siswa putus sekolah, khususnya pada satuan pendidikan jenjang SMA di Aceh Utara dengan melibatkan berbagai unsur, baik dari pihak sekolah maupun luar sekolah.
“Dalam hal ini, partisipasi masyarakat maupun keluarga terhadap anak rentan putus sekolah agar lebih peduli,” harap Jalaluddin.
Adapun langkah pertama dalam program pencegahan siswa rentan agar tidak putus sekolah, pihak SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu itu, melakukan identifikasi dini menganalisis penyebab utama siswa rentan putus sekolah secara intensif dan individual, jelasnya.
Dirinya, door to door turun langsung ke rumah-rumah warga atau siswa-siswi yang rentan putus sekolah, baik di seputaran kecamatan Syamtalira Bayu tempat dimana lokasi sekolah yang dipimpinnya, maupun di kecamatan tetangga lainnya, seperti kecamatan Samudera, Meurah Mulia dan kecamatan Blang Mangat kota Lhokseumawe.
“Ini tentunya melibatkan Tim Satgas ARPS yang telah kita bentuk,” imbuhnya.
Menurut hasil pantauannya di lapangan, faktor utama penyebab Anak Rentan Putus Sekolah (ARPS) adalah, rata-rata motivasi belajar siswa yang rendah, pernikahan dini, siswa yatim piatu tinggal sendirian yang orangtuanya bercerai atau meninggal dunia dan diasuh oleh kakek atau neneknya, sehingga tidak ada pengawasan atau pengontrolan yang mampan atas perilaku siswa-siswi itu sendiri.
Sementara faktor kenakalan siswa tindak kejahatan, disebabkan lingkungan yang kurang kondusif. Selain itu, kata Jalaluddin, juga faktor ekonomi rendah (siswa memilih untuk bekerja), karena faktor ekonomi orangtuanya yang kurang mapan dan berdasarkan pengakuan siswa di lapangan, jarang terdengar, para siswa merasa tidak perlu bersekolah itu jarang, ungkap kepala sekolah.
Lebih jauh, ia menerangkan, selama dirinya dan Tim Satgas ARPS SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu turun lapangan, memang diakuinya banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pihak tim sekolah, salah satunya adalah sangat sulit berkomunikasi dengan orangtua untuk melakukan Home Visit, karena orang tua rata-rata sibuk bekerja. Lambatnya respon orangtua terhadap hal itu, orangtua kurang kooperatif untuk menyikapi permasalahan anaknya, di sebabkan faktor anggaran kebutuhan pokok rumah tangga yang kurang mencukupi dalam mengakomodir gerakan pencegahan siswa rentan putus sekolah, serta sulit mendeteksi siswa ARPS karena kurang pengawasan orangtuanya.
Namun, tambah Jalaluddin, atas permasalahan dan kendala yang dihadapi dan ditemukan oleh Tim Satgas ARPS di lapangan, maka Kepala SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu mengambil langkah-langkah pemecahan dengan kerap melakukan Sosialisasi Gerakan Satgas ARPS yang melibatkan hampir seluruh warga sekolah, termasuk Komite Sekolah sebagai pendampingan dan pendekatan secara personal dengan orangtua dan siswa.
“Kita sangat mengharapkan keterlibatan semua pihak untuk suksesnya program ini,” pungkasnya. (Yoes/hR)