DAERAH  

Gawat! Jaringan Mafia Kamboja Scamming Puluhan Ribu Data Pribadi Milik WNI, Warga Aceh Jadi Target

MS warga Aceh, salah satu korban TPPO yang berhasil kabur dari penyekapan jaringan Mafia Scamming di Kamboja saat ditemui H Sudirman alias (Haji Uma) anggota DPD RI perwakilan Aceh. (Foto/Ist/raz/hR)

Banda Aceh, haba RAKYAT – Sejak beberapa tahun terakhir ini, banyak warga Aceh yang jadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di beberapa negara Asean, yakni, Laos, Kamboja dan Myanmar. Korban termakan rayuan dapat kerja mudah dan bergaji besar serta proses keberangkatan mudah dengan janji seluruh biayanya ditanggung pihak perusahaan.

Namun faktanya kemudian, setiba di negara tersebut kondisi pekerja berbalik dari yang dijanjikan para agen yang merekrutnya dan faktanya, mereka dipekerjakan sebagai operator judi online dan umumnya menjadi operator scamming dengan target warga Indonesia. Mirisnya lagi, mereka juga mendapat berbagai tindak kekerasan jika tidak mampu mencapai target korban dari aksi penipuan yang mereka lakukan.

Tak jarang, pihak perusahaan atau yang sebenarnya adalah kamuflase dari jaringan mafia scaming yang beroperasi di luar negeri meminta uang tebusan jika ingin anggota keluarganya dibebaskan. Seperti yang dialami oleh MS, pemuda asal Kota Lhokseumawe provinsi Aceh yang berhasil kabur dari Kamboja dan tiba di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara, Minggu (2/2/2025).

MS menceritakan semua keluh kesshnya kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia dapil Aceh, H. Sudirman atau Haji Uma yang sengaja menyambutnya di Bandara Kuala Namu Medan Sumatera Utara.

MS menyebutkan bahwa selama ia berada di Kamboja sejak awal Januari lalu, dirinya dipaksa harus bekerja sebagai scammer untuk menipu sejumlah orang, korbannya banyak warga Indonesia dan khususnya warga Aceh.

Karena tidak sanggup dan tidak tega untuk melakukan penipuan terhadap warga dari daerah asalnya hingga target korban yang dibebankan tidak tercapai, akhirnya MS mendapatkan perlakuan kasar dari algojo yang diduga warga Indonesia yang dibayar oleh jaringan mafia tersebut. Bahkan MS disetrum kontak listrik hingga pada akhirnya ia berhasil melarikan diri dia hari lalu. Yang sangat mengkhawatirkan, kata MS saat ini banyak data pribadi warga Aceh dan Indonesia umumnya telah bocor atau di cloning oleh jaringan mafia tersebut dari hasil tindak scamming.

Menurut cerita MS kepada Haji Uma, saat di Kamboja ia diwajibkan melakukan cloning terhadap 300 korban. Sementara ada ratusan atau bahkan ribuan scammer yang dipekerjakan oleh berbagai perusahaan di Kamboja.

Kemudian ungkap MS, data dari hasil kloning tersebut digunakan untuk mengajukan dana perbankan secara online yang mencapai ratusan juta. MS juga membeberkan jika diperusahaan ia bekerja saja ada 50 Operator per grup yang di tugaskan untuk menipu Warga Indonesia.

Modus operandi yang digunakan dalam menjalankan aksinya, ungkap MS, “para scammer akan menelpon calon korban layaknya petugas BPJS dan Petugas Pajak dengan meminta update data pribadi dan nomor rekening korbannya. Cara lain, mereka menyamar sebagai orang lain yang biasanya cewek dan menawarkan pinjaman online ataupun bisnis online yang ujungnya penipuan dan pencurian data pribadi”

Setelah mendapat data pribadi, mereka akan masuk ke dalam sistem data untuk menguras isi rekening perbankan korban dengan menggunakan sistem teknologi canggih melalui aplikasi yang disinkronkan dengan pesawat handphone korban, kata MS.

Karena itu, MS meminta agar warga Aceh khususnya, agar berhati-hati kepada siapa saja yang menelpon dan mengatasnama pemerintah atau pihak manapun agar tidak langsung ditanggapi. Karena mereka akan membobol rekening dan menguras isinya dengan cara masuk ke sistem melalui data yang dikloning.

“Kepada warga Aceh dan Indonesia pada umumnya, agar berhati-hati terhadap siapa saja yang menelpon tanpa dikenal dengan mengatasnamakan siapapun. Karena hal itu menjadi jalan para scammer mencuri data dan berpotensi membobol rekening kita”, ujar MS sebagaimana diteruskan oleh Haji Uma dalam keterangan tertulis kepada awak media pada. Minggu (2/2/2025).

(Raiz Azhary)