Aceh Utara, haba RAKYAT | Dalam rangka mendukung upaya pemerintah terhadap percepatan penurunan stunting, pihak Puskesmas Sampoyniet, Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara, turun langsung ke SMA Negeri 1 Baktiya Barat guna memberikan penyuluhan terkait pemberian tablet penambah darah.
Kehadiran Kepala Puskesmas Sampoyniet, Munarianto, SKM, MKM bersama stafnya disambut hangat kepala SMA Negeri 1 Baktiya Barat, Fadlul, S.Pd dan dewan guru, Senin (05/09).
Munarianto dalam kesempatan itu meminta untuk dapat melakukan beragam inovasi, sehingga kegiatan ini bisa terlaksana dengan sukses serta diharapkan mampu meningkatkan status gizi, khususnya bagi remaja putri dengan tujuan memutuskan mata rantai kasus stunting di daerah ini.
“Pemerintah berupaya mewujudkan target penurunan angka prevalensi stunting di tanah air hingga 14% pada 2024, mari meningkatkan kesehatan sebagai bekal mempersiapkan generasi yang lebih sehat dan berkualitas serta produktif,” ajaknya.
Sementara itu, pemegang program stunting, Rafikah, AMG didampingi tim mengatakan, pencegahan stunting di saat remaja, terutama dengan adanya perbaikan terhadap pola makan dan sering mengkonsumsi makanan yang bergizi serta vitamin, seperti vitamin penambah darah bagi kaum wanita, baik remaja maupun ibu hamil.
“Jika stunting tidak dicegah sejak awal kehidupan anak, 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK); dari kehamilan hingga anak berusia 24 bulan, selain dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, juga dapat mengganggu perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan produktivitas dan kreativitas,” terangnya.
Didampingi Bidan Diah Julia dan tim, Rafikah melanjutkan, anak pun berisiko memiliki penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa. Masa pemberian makanan pendamping ASI merupakan masa paling penting dalam pengenalan dan pengembangan kemampuan anak untuk mengunyah dan menelan. Namun, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat dapat berdampak buruk pada metabolisme anak, seperti pemberian makanan pendamping yang terlalu dini, pemberian sayuran berserat tinggi pada masa pengenalan, dan pemberian tekstur yang tidak sesuai usia, dapat membuat luka usus dan memicu diare.
“Dengan diselenggarakannya sosialisasi ini, tentunya kita mengerti dan memahami arti pentingnya mencegah stunting pada anak dalam menciptakan keluarga yang sejahtera dan generasi berkualitas,” tutupnya. (Yoes/hR)