DAERAH  

Menjarah Pohon Bakau Merusak Ekologi Dan Terjerat Bisnis Durhaka

Foto, tampak tumpukan kayu bakau hasil penebangan liar.

Langsa – haba RAKYAT | Persebaran Hutan bakau di Pulau sumatra tidak menyeluruh, hanya ada di wilayah barat dan timur dengan luas mencapai 417,000,Hektar, luas tersebut termasuk yang ada di pesisir timur sepanjang pantai Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang.

Akan tetapi situasi keutuhan Hutan bakau yang ada di pesisir pantai timur kini kondisi nya sangat memprihatinkan sekali , akibat penjarahan secara liar untuk suplai kebutuhan dapur arang yang ada sepanjang pantai timur, demikian sebut aktivis lingkungan Bale Juroeng, (BJ) , E, Fona. Selasa (14/3/2023).

Pihak Aktivis lingkungan merasa heran terhadap para penjarah bakau ilegal, yang di suplai ke dapur arang, bila kita ukur dengan sistem ekonomi bisnis, biaya menanam sebatang dahan bakau menghabiskan modal Rp 3.000, per batang, usia minimal baru dapat di tebang 5 tahun, akan tetapi para penebang liar menjual sebatang dahan bakau ke dapur arang hanya seharga Rp, 900 ,per batangnya, ini kan tidak masuk akal, sebut E Fona.

Akibat pembalakan liar seperti ini manfaat bakau baik dari sisi ekologi dan ekonomi, berubah keadaan dan norma menjadi,” durhaka (melawan sistem) rusak semuanya.

Padahal manfaat Bakau Secara Ekologi sangat lah urgen, di antaranya, Penahan abrasi pantai Menangkap karbondioksida dan menukarnya dengan oksigen, sehingga mencegah pemanasan global
Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.

Penahan intrusi air laut ke daratan
Tempat hidup beragam makhluk hidup baik itu yang berlindung, mencari makan dan tinggal, menjaga kualitas air lewat akar tunjang yang mampu menyerap polutan-polutan.

Dari sisi ekonomi,manfaat Bakau cukup besar antar lain, dapat menjadi
tempat rekreasi dan pariwisata, dari manfaat ini masyarakat sekitar hutan bakau dapat mengelola tempat wisata tersebut secara mandiri dengan desa atau pemerintah daerah.

Sumber bahan kayu bakar dan bangunan, hal tersebut dapat membantu penghematan anggaran rumah tangga untuk dialokasikan pada kebutuhan yang lain.

Bahan penghasil obat-obatan, banyak dari masyarakat Indonesia yang meyakini khasiat dari tanaman bakau memiliki banyak khasiat, menjadi tempat bekerja masyarakat sekitar sebagai nelayan dan petani tambak hutan bakau dan hutan mangrove, tutup E Fona. (HR 02)