
Foto Bersama. Reje Kampung Paya Tumpi Baru bersama Camat Kecamatan Kebayakan dan utusan Kementerian RI dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh yang didampingi LSM Flower Aceh, bersama Dinas PPPA Aceh Tengah dan Fasilitator.
Aceh Tengah – haba RAKYAT | Kampung Paya Tumpi Baru salah satu dari dua desa di Kabupaten Aceh Tengah yang dikunjungi tamu istimewa dari perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh.
Selain Paya Tumpi Baru, desa lainya yang juga turut disambangi perwakilan Kementerian PPPA pada hari itu adalah Kampung Burni Bies Baru. Dua desa ini dikunjungi karena terdaftar sebagai desa yang telah menjalankan program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di Kabupaten Aceh Tengah. Pembinaan yang dilakukan kementerian PPPA, diketahui sudah berjalan selama 4 tahun sejak 2021 lalu di Aceh Tengah.
Kedatangan rombongan DPPP Aceh ini turut didampingi oleh LSM Flower Aceh sebagai rekanan Kementerian di Provinsi Aceh yang bergerak di bidang teknis untuk perlindungan perempuan dan anak. Pembinaan program yang telah dijalankan sesuai tahapan dari kementerian ini, ditujukan untuk meraih peningkatan status agar Aceh Tengah menjadi Kabupaten Layak Anak (KLA).
Kedatangan rombongan dari Dinas PPPA Aceh dan LSM Flower Aceh, bersama Dinas PPPA Aceh Tengah didampingi Fasilitator, disambut Camat Kecamatan Kebayakan dan Reje Paya Tumpi Baru yang dihadiri Banta, Kaur aparatur kampung, serta Relawan SAPA dan masyarakat di kampung setempat. Bertempat di aula kantor Reje Paya Tumpi Baru, Sabtu (28/09/2024).
Reje Kampung Paya Tumpi Baru, Idrus Syahputra.S.Pd.NAP, dalam sambutan nya menyambut gembira terkait pelaksanaan acara hari itu,
“Secara pribadi saya sangat senang sekali acara ini dapat bergulir, karena sejak tahun 2023 akhir, kami telah bersiap dengan inovasi dan capaian capaian baru. Memang sejak 2021 kita telah mengerucut dan menerima program ini dan melalui Paya Tumpi Baru, kita berupaya agar dapat mencapai sebagai kabupaten layak anak. Paya Tumpi Baru memberikan dukungan baik moril dan materil dari pemerintah kampung untuk bisa mencapai indikator yang disesuaikan dengan bimbingan Dinas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak”. Kata Idrus.
Reje Paya Tumpi Baru juga mengatakan dalam upaya itu, Kampung Paya Tumpi Baru menyelaraskan program dengan memberikan dukungan moril dan materil terhadap keberlangsungan program. Melalui Relawan SAPA yang berjumlah 10 orang, dikatakan nya keberlangsungan program itu terus berlanjut untuk pencapaian pencapaian sesuai kriteria.
Idrus dikesempatan itu mengucap rasa syukur, karena Kabupaten Aceh Tengah telah berpredikat Madya dalam kategori penilaian dari pemerintah menuju KLA.
“Alhamdulillah, hingga saat ini ada dua kampung yaitu Burni Bius dan Paya Tumpi Baru yang telah menjalankan gerakan kepedulian tentang perlindungan perempuan dan anak, mewujudkan pembangunan yang berpartisipatif. Untuk saat ini Aceh Tengah telah mendapat peringkat Pratama dan meningkat menjadi Madya. Kita bersama terus berkolaborasi dan meningkatkan untuk perduli dengan perempuan dan anak” terangnya.
Sementara Camat Kecamatan Kebayakan, Nashrin,S.Sos dalam sambutan nya menyampaikan selain mengapresiasi program itu, ia juga memaparkan kesiapan kabupaten di tingkat desa terkait program itu.
“Pada tahun 2022, telah dicanangkan di kampung Burni Bius dan Paya Tumpi Baru salah satunya. Tentunya dalam dua tahun berjalan, kami terus berbenah untuk memenuhi 10 kriteria yang telah ditentukan dan terus melakukan peningkatan. Mungkin tidak sepenuhnya dapat sempurna kami laksanakan, dan kami masih memerlukan pembinaan. Seluruh masyarakat di Paya Tumpi Baru juga sangat antusias dan mendukung terkait program ini,” ujar Camat.
Selain Pemaparan capaian dan pembinaan, acara ini juga membuka ruang diskusi bagi relawan dan aparatur kampung serta masyarakat terhadap percepatan peningkatan status yang telah dilakukan untuk meraih KLA.
Usai kegiatan pembinaan dan diskusi digelar, Perwakilan DPPPA Aceh, Amrina Habibi selaku Kabid Pemenuhan Hak Anak dan sekaligus Fasilitator Desa Ramah Anak, kepada media menerangkan bahwa kegiatan hari itu sebagai lanjutan dari program DRPPA (Desa Ramah Perempuan dan Perduli Anak).
Program ini dijelaskan nya merupakan pilot nasional yang dilakukan di Aceh, dan program ini bisa berjalan dan memenuhi indikator secara komprehensip. Dikesempatan itu, ia juga sangat mengapresiasi kedua kampung yang telah memiliki kesiapan, salah satunya Kampung Paya Tumpi Baru.
“Kita sangat mengapresiasi dengan penyambutan dan kesiapan kedua kampung, salah satunya Paya Tumpi Baru. Tentunya kegiatan ini bisa berlangsung dengan baik dan memenuhi target ketika aparatur pemerintah, baik level kecamatan maupun desa menunjukan komitmen yang luar biasa. Kita tidak meragukan peran dari kawan kawan relawan, tapi intinya ada beberapa hal penting yang perlu peningkatan sehingga upaya perbaikan bisa lebih signifikan,” ujarnya.
Amrina juga menambahkan, dibutuhkan langkah prioritas di kedua desa terkait regulasi agar dapat lebih spesifik dengan pembentukan qanun. Hal itu untuk memperkuat produk hukum agar bisa lebih bersifat local wisdom, untuk menjaga keberlanjutan program, siapa pun yang akan menjabat dikemudian hari.
Selain itu dibutuhkan juga komitmen dalam proses kapasitasi para relawan, agar masyarakat dapat memiliki kesadaran kritis terkait isu Perlindungan Perempuan dan Anak. Sejauh ini diterangkan Rina, hanya 4 desa di Provinsi Aceh yang terpilih, dua diantaranya di Aceh Tengah dengan progres luar biasa. Dan desa lain nya di Kabupaten Nagan Raya, yaitu desa Lawa Batu dan Sidodadi.
Keberlanjutan pembinaan dalam tahun 2024 ini disampaikan Amrina akan dilakukan melalui fasilitas daring dan di akhir tahun akan ada kunjungan untuk perampungan rancangan inisiasi qanun perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Perwakilan LSM Flower Aceh, selaku pihak ketiga dari Kementerian PPA melalui staf Muhammad Khaidir dikesempatan sama lewat media turut menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, lewat segala upaya yang telah dilakukan dari kedua desa peserta DRPPA.
“Saya rasa untuk program Desa Ramah Perempuan dan Perlindungan Anak ini sudah sangat bagus. Karena dua desa tersebut juga bukan desa yang baru bergerak. Mereka sudah banyak penghargaan penghargaan, bahkan sudah menjuarai berbagai kompetisi baik provinsi bahkan level nasional. Saya rasa dua desa ini sudah sangat luar biasa”. Tuturnya.
Lebih jauh terhadap perkembangan program DRPPA, LSM Flower Aceh selanjutnya akan berkoordinasi dengan dinas DPPA Aceh Tengah agar dapat melibatkan desa desa lain nya untuk ikut program program dari LSM Flower Aceh. Karena sejauh ini mereka berkomitmen dan ingin bekerjasama dalam mendampingi Kabupaten Aceh Tengah agar dapat terus bergerak untuk upaya Perlindungan Perempuan dan Hak Perempuan dan Anak, terutama terkait penanganan isu terhadap perempuan dan anak.
Ia berharap agar perempuan dan anak di kampung kampung dapat terlibat aktif dalam upaya pencegahan terhadap kekerasan kepada perempuan dan anak. Terlebih saat ini terhadap kasus kekerasan kepadan perempuan dan anak secara umum terus meningkat di Aceh.
Dikesempatan itu Khaidir Juga memberikan apresiasi terhadap komitmen pemerintah di Kabupaten Aceh Tengah, melalui dinas KB dan PPA yang dikepalai oleh Alam Suhada yang tak sempat hadir, namun disela sela kesibukan nya saat di luar kota dapat berpartisipasi lewat saluran Vidcon.
Fasilitator Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Aceh Tengah, Ernawati,CPM., menyampaikan kegiatan hari itu sebenarnya adalah pencapaian 10 indikator tentang pemenuhan hak anak dan perempuan.
Sejak tahun 2022 dikatakan Erna sudah melakukan kegiatan Advokasi, dan kegiatan hari itu adalah monitoring dan evaluasi. Bagaimana perkembangan desa untuk Paya Tumpi Baru dan Burni Bius Baru terkait program DRPPA.
“Alhamdulillah saat ini sudah mengalami peningkatan dan kita sudah memiliki SOP untuk kasus kasus di desa Burni Bius Baru maupun Paya Tumpi Baru. Dimana di awal mereka tidak memiliki bagaimana ketika ada kasus di lapangan dan bagaimana cara penanganan kasus kasus tersebut. Kita berupaya memberdayakan peningkatan ekonomi perempuan, dimana kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti musibah, atau suami meninggal dan lain sebagainya. Sehingga kita mengupayakan agar perempuan dapat terus mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.
Erna berharap di Kabupaten Aceh Tengah secara khusus tidak ada lagi kekerasan rumah tangga, tidak ada lagi pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak dan masalah anak berhadapan dengan hukum (ABH), dan tidak ada lagi pekerja usia anak 12 tahun ke atas, kecuali dengan syarat tertentu.
Dari informasi diterima media, melalui Reje Paya Tumpi Baru Idrus Syahputra, sudah ada 10 indikator penilaian yang telah dilakukan oleh Kampung Paya Tumpi Baru untuk mendukung Kabupaten Aceh Tengah menjadi Kabupaten Layak Anak yang diawali dari tingkat Pratama hingga Madya. Selanjutnya Aceh Tengah akan mengikuti kategori tingkat Nindya dan dilanjutkan tingkat Utama untuk menjadi KLA.
Indikator Capaian Kampung Paya Tumpi Baru :
1. Adanya pengorganisasian perempuan dan anak di desa.
2. Tersedianya data desa yang memuat data pilah tentang peremuan dan anak.
3. Tersedianya peraturan desa (Perdes) tentang DRPPA.
4. Tersedianya pembiayaan dari keuangan desa dan pendayagunaan aset desa untuk mewujudkan DRPPA melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di desa.
5. Presentase keterwakilan perempuan di pemerintahan desa, badan permusyawaratan desa (BPD), lembaga kemasyarakatan desa, dan lembaga adat desa.
6. Perempuan wirausaha di desa, utamanya perempuan kepala keluarga, penyintas bencana, dan penyintas kekerasan.
7. Semua anak di desa mendapatkan pengasuhan berbasis hak anak.
8. Tidak ada kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTTPA) dan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
9. Tidak ada pekerja anak.
10. Tidak ada perkawinan anak.
(Rel)