Momen Perpisahan Ini Bikin Baper.. Diwarnai Pamitan Pakai Bahasa Inggris dari Siswi Kls VI, Hingga Baca Puisi Oleh Ketua Depe Yapen Tugu 1001

banner 120x600
Pentas Tari Kreasi dari siswa siswi SDS 1001 Takengon, mewarnai perpisahan dan wisuda tahun ajaran 2022 Yayasan Pendidikan 1001 Takengon. (Foto. Erwin)

Aceh Tengah, haba RAKYAT | Rangkaian Kegiatan Wisuda 17 Siswa Kelas VI SD.S 1001 dan Perpisahan 38 Anak TK Tunas, diwarnai sambutan perpisahan dalam bahasa Inggris yang fasih oleh lulusan kelas VI, baca Puisi oleh Ketua Dewan Pembina Yapen Tugu 1001.

Pelaksanaan acara ini diisi dengan beragam tari kreasi dari siswa-siswi Yayasan Pendidikan 1001 Takengon dan dihadiri tamu undangan dari berbagai kalangan, serta seluruh wali murid, berlangsung, Sabtu (11/06/2022), bertempat di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon.

Ketua Pembina Yayasan Pendidikan 1001 Takengon, Muchlis Gayo, SH,MSi, pada kesempatan itu mengawali sambutanya, untuk memperingati hari kelahiran Bung Karno dan Pancasila dengan membaca puisi tentang perjuangan Bung Karno sampai diganti oleh Soeharto dengan judul “LELAKI ITU” karya sendiri tatkala masih kuliah di UNTAG Jakarta 1978 dan puisi “PROSA TSUNAMI ACEH” tahun 2005, tentang bagaimana beliau mencari puterinya yang sedang kuliah di Unsyiah.

Selanjutnya, dalam sambutanya, Muchlis Gayo, pendiri Yayasan Pendidikan 17 Agustus 1001 tahun 1993, dihadapan wali murid dan tamu undangan, mengungkapkan; yayasan 1001 tidak mengejar banyaknya jumlah siswa, yang diutamakan kualitas kelulusan, maka sejak dibuka SD tahun 1996, hanya untuk 1 klas dengan jumlah siswa 28 siswa.

Menurutnya, jika jumlah siswa melebihi 30 orang dalam 1 klas, pasti ada anak yang tidak terlayani oleh gurunya.

Lebih lanjut Muchlis Gayo menyatakan jika hari ini pemerintah baru menerapkan kurikukum Merdeka Belalar, justru sejak beroperasi SD S. 1001, sudah menerapkan kurikulum sendiri, misalnya di klas 1 SD sudah diberi pelajaran khusus Bahasa Inggris, Arab, Indonesia, Matematika, dan Iqrak yang menurutnya wajib dimiliki anak usia dini.

“Bahasa inggris, Arab, Indonesia, Matematika dan Iqra’, itulah materi dasar yang wajib dimiliki oleh anak anak di usia 4 sampai 8 tahun. Jika ilmu dasar telah dikuasai, pelajaran klas IV sampai XI seperti ikan diberi pelet,” ujarnya.

Muchlis Gayo memberi bukti, lulusan SD 1001 angkatan Ke 1 sampai 12, rata- rata lulus UMPTN diberbagai PTN. Malah ada yang lulus SD 1001 lulus S1, berusia 17 tahun, karena yang diutamakan kecerdasan anak, bukan usia, lompatan kelas terjadi di SD 1001, yang saat ini disebut belajar Merdeka.

Muchlis Gayo adalah seorang akademisi dan budayawan, juga menjadi salah seorang tokoh di Gayo, dan mantan birokrat di pemerintahan Pusat ( Bina Graha/sekretariat kepresidenan di era presiden Soeharto 1982 – 2009), dan pemerintahan Daerah (2009-2012).

Sebagai seorang yang mencintai dunia pendidikan, dan menjadi yatim sejak usia 5 tahun, maka secara transparan Muchlis Gayo membeberkan, Yayasan 1001 murni Yayasan non propit, tidak mencari kekayaan. Maka sudah belasan tahun SPP di SD 1001 Rp.100.000,/ bulan, sumbangan pembangunan 500.000 di tahun pertama dan di cicil. Sekolah ini dibangun agar anak yatim dan fakir miskin mempunyai kesempatan menuntut ilmu di sekolah yang baik dan benar, agar dapat bersaing dengan anak-anak dari keluarga mampu di sekolah yang mahal.

Muchlis Gayo berharap adanya perhatian khusus dari seluruh wali murid, untuk sama sama memperhatikan kesejahteraan guru yang 100% honor yayasan, mereka saat ini menerima honor rata-rata 300.000/ bulan, disisi lain kebutuhan hidup semakin mahal.

Sebelum mengakhiri kata sambutanya, iringan musik sendu melatari suara Muchlis Gayo, saat membaca kembali sebuah puisi berjudul “TRAGEDI 13 MARET” yang berceritera tentang penculikan dirinya pada tahun 2006, syair yang menyentuh rasa, hanya karena sedekah jariah yang selalu melekat dalam kehidupannya sejak kuliah, maka Allah menyelamatkannya dari rentetan desingan peluru, walau sebutir timah itu tetap menyapa lengan kirinya. Sebuah karya puisi yang dilahirkan dari kisah nyata beliau.

Selanjutnya, pembacaan doa dari Jamaluddin,SAg, menutup rangkaian sambutan acara perpisahan dan wisuda hari itu. Namun dipenghujung acara, ucapan perpisahan disampaikan oleh Syaza Aqiela salah seorang siswi perwakilan kelas 6 SDS 1001, cukup menyita perhatian seluruh tamu dan undangan, pasalnya Syaza dinilai sangat lancar dan aktif menyampaikan kata perpisahan dengan menggunakan bahasa Inggris. (Erwin)

banner 325x300