
Sigli,haba RAKYAT |
Puluhan ribu warga Aceh setiap harinya memadati arena Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang tersebar dibeberapa lokasi di Banda Aceh dan Aceh Besar, sejak pembukaan pada 4 November 2023.
Dan ba’da isya adalah puncak padatnya pengunjung, terutama di pusat acara, yaitu Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh.

Acara lima tahunan ini sudah pasti ditunggu- tunggu oleh seluruh warga Aceh, baik yang tinggal di Aceh maupun yang tinggal diluar Aceh.
Dan Stand rempah di Anjungan Kabupaten Pidie termasuk yang selalu ramai dipadati oleh para pengunjung. Disini boh Janeng, begitu orang Aceh menyebutnya, merupakan tanaman umbi sejenis tanaman talas, adalah salah satu satu pajangan yang menarik minat pengunjung.
Kata Kadis Perdagkop UKM Pidie, Cut Afrianidar, S.H., M.Si., tumbuhan ini penuh cerita bagi warga Aceh. Pengunjung hampir semua mengambil foto dan bertanya tentang boh Janeng utuh yang jarang mereka lihat secara langsung selama ini.
“Dulu leluhur kita, dimasa penjajahan Belanda dan Jepang, kesulitan mendapat beras. Mereka mengolah boh Janeng atau dalam bahasa Indonesia sering disebut Ubi Iwi menjadi makanan pengganti nasi, dan mereka tetap sehat dan cukup energi”, tuturnya.
Tanaman umbi boh Janeng ini perlu dilestarikan dan dikembangkan menjadi olahan- olahan baru yang lebih disukai oleh generasi muda.
“Ke depan kita bisa mengolah boh Janeng menjadi Mie Goreng, Serabi, Cup Cake, dan banyak lagi”, sebut Kadis.
Sekarang boh Janeng sulit kita temukan olahannya di pasar, mungkin karena sulit untuk mengolah boh Janeng yang baru dipanen, karena di alam liar boh Janeng mengandung racun, dan menyebabkan gatal gatal.
Untuk bisa dikonsumsi dengan aman, ungkap Cut Afrianidar, boh Janeng yang telah dibersihkan dari tanah lalu dicuci di air yang mengalir dalam waktu yang lama. Lalu setelah bersih dirajang atau diiris, bisa juga diparut.
Kemudian dimasukkan ke dalam sebuah goni atau wadah tertutup lainnya yang mampu menyerap dan mengeluarkan air.
Setelah itu direndam lagi dalam ember selama satu hari satu malam, baru kemudian dijemur hingga kering.
“Olahan kering inilah yang nantinya bisa diolah Kembali menjadi berbagai macam sajian nikmat dan bergizi”, demikian terang Cut Afrianidar.(AA/hR)