
Sigli,haba RAKYAT I Pj Bupati, Drs. Samsul Azhar di dampingi Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh, Piet Rusdi, S.Sos, Bunda PAUD Kabupaten Pidie, Ny. Saptati Rengganis, S.P., dan Kadisdikbud Pidie, H. Yusmadi Kasem, S.Pd., M.Pd., membuka acara Pementasan dan Presentasi Hasil Pembelajaran Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Kabupaten Pidie.
Pembukaan kegiatan oleh Pj Bupati di Pidie Convention Center (PCC) Senin, (14/10/2024) sore tersebut disaksikan oleh Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Irini Dewi Wanti, S.S., M.SP.
Dan sebelumnya, kehadiran pejabat dari Kemendikbudristek RI di tempat tersebut bersama Pj Bupati dan Bunda PAUD disambut dengan tradisi Aceh, Seumapa.
Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) adalah program yang dijalankan Direktorat Kesenian, Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI dalam bentuk program seniman memberikan pembelajaran kesenian pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (SD, SMP, dan SMA/SMK).
Pada kesempatan ini Pj Bupati Pidie menyampaikan bahwa Program GSMS ini dilaksanakan
agar para peserta didik dapat menyerap secara langsung ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki seniman.
Dan program ini dilaksanakan dalam rangka untuk menanamkan kecintaan dan wawasan yang lebih luas tentang karya seni budaya, sehingga dapat memperkuat karakter para peserta didik nantinya.
“Dengan terlaksananya kegiatan ini akan dapat menjaga serta melestarikan khasanah budaya bangsa Indonesia, terutama seni budaya Kabupaten Pidie”, demikian harapan Pj Bupati Pidie, KRT Drs. Samsul Azhar Darmodipuro (gelar kehormatan dari Keraton Surakarta Hadiningrat Solo, Jateng atas kontribusi terhadap seni, budaya, dan sejarah di Indonesia).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Irini Dewi Wanti menjelaskan latar belakang Gerakan Seniman Masuk Sekolah ini sebenarnya diawali pemikiran pemikiran bahwa pendidikan atau pelajaran kesenian di sekolah-sekolah sangatlah terbatas.
Ini disebabkan oleh minimnya guru kesenian yang ada di sekolah, sehingga pelajaran kesenian di sekolah sekolah diajarkan oleh guru yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan kesenian, sehingga murid-murid tidak bisa mendapatkan pelajaran kesenian secara optimal.
“Oleh karena itu, ini merupakan suatu inisiatif yang sederhana untuk memperoleh hak- hak anak Indonesia. Maka dengan itu, kita dapat bekerja sama dengan seniman- seniman lokal atau daerah”, ungkap Direktur.
Direktur juga mengatakan bahwa saat ini 4.500 seniman yang terlibat, dan ini sudah berjalan di seluruh Indonesia, sehingga anak- anak mendapatkan hak kesenian yang diajarkan langsung oleh para seniman.
“Sehingga mereka bisa mengekspresikan keseniannya di sekolah, di luar sekolah bahkan di atas panggung”, ujar Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Irini Dewi Wanti
Sementara itu, Kadisdikbud Pidie, H. Yusmadi Kasem dalam laporannya menyampaikan, melalui GSMS ini mampu menginspirasi, memenuhi pendidikan anak seutuhnya, untuk membangun iklim sekolah yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan.
“Kegiatan GSMS diharapkan juga dapat menciptakan warga sekolah yang dapat mengapresiasi seni budaya yang ada di masyarakat”, kata H. Yusmadi.
GSMS merupakan salah satu program prioritas Kemendikbudristek RI di bidang Kebudayaan, dan sebagai pendukung Program Merdeka Belajar.
“Adapun Sasaran dari program ini adalah Dinas Provinsi/Kab/Kota, Seniman, Sekolah, Siswa, dan Masyarakat”, sebutnya.
Sasaran untuk Kabupaten Pidie pada tahun 2024 adalah 23 sekolah, dengan 23 Seniman dan 23 Asisten. Seniman yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan dapat menjaring 450 siswa, dengan waktu pembelajaran GSMS dilaksanakan diluar jam belajar mengajar (ekstrakurikuler).
Pembelajaran dilakukan secara luring (tatap muka langsung), Pembelajaran di pandu langsung oleh seniman dan didampingi oleh asisten seniman berasal dari sekolah, dengan pengawasan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie.
“Setiap seniman akan memberikan pembelajaran dalam kurun waktu paling lama 4 (empat) bulan, dengan jumlah 19 (sembilan belas) kali pertemuan”, demikian penjelasan H. Yusmadi Kasem dalam laporannya pada acara yang turut juga dihadiri oleh para Kepala Sekolah SD dan SMP dalam Kabupaten Pidie, serta masyarakat umum.(AA/hR)