Lhokseumawe, haba RAKYAT | Penambahan kasus anak yang lumpuh layuh akibat polio di Aceh, termasuk sudah ditemui di Aceh Utara. Aksi respon cepat kasus tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara gelar rapat koordinasi percepatan tetes manis polio tahap II dengan kepala PAUD/TK/SD/SMP se Aceh Utara.
Kegiatan yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Unicef ini berlangsung di Auditorium Politeknik Negeri Lhokseumawe, Sabtu (11/02).
Turut hadir Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara Jamaluddin, S.Sos,. M.Pd, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara Amir Syarifuddin, S.K.M, Kabid P2P Dinas Kesehatan Aceh Utara dr. Ferianto dan perwakilan Unicef Yulizar Kasma bersama Wahyu.
Kadisdikbud Aceh Utara, Jamaludin mengatakan, bahwa kasus anak dengan Polio sudah ada di Kabupaten Aceh Utara, sehingga kita harus berfikir bagaimana semua siswa-siswi di Aceh Utara mendapatkan perlindungan maksimal dari bahaya Polio ini.
“Tidak boleh ada lagi anak yang lumpuh layuh akibat polio, semua siswa-siswi harus kita lindungi dengan tetes polio ini” ujar Jamaluddin.
Jamaluddin menambahkan, upaya ini harus dilakukan secara bersama agar setiap anak bisa mendapat tetes manis polio ini. Laporan capaian tetes manis polio akan terus dievaluasi dan dipantau oleh Pj Bupati.
“Bapak-ibu selaku kepala sekolah, harus memastikan setiap anak mendapatkan tetes manis polio ini, tetes ini aman sekali, dan hari Senin tanggal 13 Pebruari 2023 kita akan laksanakan pencanangan tingkat kabupaten, di SD Negeri 7 Syamtalira Aron. Insya Allah, dihadiri bapak Pj Bupati,” tegasnya kepada peserta yang hadir.
Sementara itu, Kadinkes Aceh Utara Amir Syarifuddin, S.K.M menuturkan, melindungi generasi berlian Aceh Utara harus berjalan bersama, sangat perlu komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, terutama kepala sekolah agar seluruh siswa-siswi mendapatkan perlindungan dari virus polio.
“Tanpa kerjasama kita semua, masalah kesehatan tidak akan pernah tuntas, termasuk dalam memberikan tetes manis cegah polio ini, semua anak harus kita berikan minimal 95 %,” harap Amir.
Dikatakannya, bahwa pelayanan kesehatan tidak ada pilih-pilih, baik di posyandu maupun di PAUD sama saja, anak-anak harus tetap mendapat haknya dalam pelayanan kesehatan, seperti pemberian tetes manis cegah polio putaran 2, penimbangan, vitamin A dan obat cacing.
“Nanti akan saya sampaikan agar posyandu disesuaikan dengan jadwal PAUD, sehingga semua anak PAUD juga mendapatkan haknya,” kata Kadinkes.
Menurutnya, polio ini sudah bebas tidak ada lagi sejak tahun 2014 di Indonesia dan sudah ada sertifikat bebas polio dari badan dunia. Lantaran imunisasi rutin Aceh rendah, akhirnya muncul lagi di tempat kita ini.
Kejadian yang menimpa Aceh terkait kasus polio dipantau langsung oleh Badan Dunia, seperti UNICEF dan WHO, sebut Amir lagi.
“Selama ini, anak dibawa ke posyandu oleh ibunya, padahal bapak juga bertanggung jawab untuk kesehatan anaknya. Mulai sekarang, bapak ibu guru juga bantu mengedukasi agar para orangtua, ibu dan ayahnya sama-sama mendampingi si anak ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan serta mengetahui perkembangan kesehatan si buah hatinya,” pinta Amir.
• Polio Tidak Bisa Disembuhkan
Sampai hari ini penyakit lumpuh layuh akibat polio belum ditemukan obatnya. Hal ini diungkapkan Kabid P2P Dinas Kesehatan Aceh Utara, dr. Ferianto. Ini bisa dilihat dari penderita polio yang dari riwayat imunisasinya diketahui tidak mendapatkan imunisasi rutin saat kecil, sehingga terpapar polio. Penderita polio yang kakinya lumpuh, tidak bisa kembali normal, jelasnya.
“Bapak Ibu dapat melihat langsung pasien penderita polio, yang kakinya saat ini ada perbedaan ukuran,” ucap Feri.
Ia menerangkan juga, bahwa polio ini akan menularkan kepada orang lain, polio bisa terpapar kepada siapa saja dan hanya yang sangat perpotensi mengalami kelumpuhan adalah yang umurnya di bawah 13 tahun. Tetes manis polio ini adalah hak anak dan juga merupakan kewajiban orangtua, sekolah, tenaga kesehatan, camat dan pemangku kebijakan sebagai penyambung tangan pemenuhan hak anak oleh negara.
“Video anak yang mengalami lumpuh layuh akibat polio sudah bapak ibu tonton, dan sudah saatnya kita saling mendukung untuk memberikan tetes manis polio kepada setiap pelajar. Bagi siswa-siswi SMP sederajat untuk kelas 1 saja,” tandas dr. Feri.
Dalam kesempatan ini juga, Konsultan Imunisasi Unicef untuk Aceh Yulizar Kasma mengatakan, peran bapak/ibu kepala sekolah sangat penting untuk memastikan dan mendukung pelaksanaan tetes manis polio.
“Lebih satu juta anak sudah diberikan perlidungan di tahap pertama seluruh Aceh, dan mari kita di Aceh Utara berikhtiar untuk semua anak umur 0-13 tahun mendapatkan pencegahan dari polio ini secara maksimal,“ ajaknya.
Untuk informasi sambung Yulizar Kasma, bahwa bahan imunisasi tetes polio ini produksi Indonesia di Jawa Barat. Negara seperti Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Arab Saudi dan berbagai negara lainnya menggunakan produksi Indonesia untuk melindungi anak-anak mereka. (Yoes/hR)