
Sigli,haba RAKYAT |
Bekerja di luar negeri menjadi impian sebagian pemuda pemudi di Indonesia yang menjadikan sebuah tantangan sekaligus pengalaman yang tidak terlupakan. Seperti perawat asal Aceh bernama Nasyrah.
Wanita ini merupakan lulusan Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Jabal Ghafur Sigli, Kabupaten Pidie pada tahun 2019.
Wanita kelahiran Gampong Pineung, Mutiara Timur, Pidie, 25 tahun silam ini telah bekerja selama 18 bulan di Klinik Shams At Tadawi, Arab Saudi. Dengan jarak tempuh bermil-mil meninggalkan kota kelahirannya dengan tujuan mengejar impian dan pengalaman baru diluar negeri.
Namun, pilihannya jatuh ke tanah suci Mekkah yang merupakan tempat tujuan umat muslim dalam melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu menunaikan haji.
Kepada sejumlah awak media, Minggu (12/11/2023) via Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Busyra, S.Kep, saat dihubungi melalui Whatsapp, Nasyrah menceritakan, setelah lulus dari STIKes Jabal Ghafur Sigli, ia sempat menganggur beberapa bulan dan pernah mencoba melamar di beberapa Rumah Sakit yang ada di daerah bahkan ke Provinsi.
Belum sempat diterima di Rumah Sakit daerah sudah ada pengumuman lowongan pekerjaan di Wisma Atlit Kemayoran Jakarta Pusat sebagai perawat relawan Covid-19, “saya ikut tes dan alhamdulillah lulus”, ungkapnya.
Selama beberapa bulan saya menjadi relawan Covid-19 di Wisma Atlit Jakarta rasanya saya tidak mau jalan di tempat disini saja, saya harus kembangkan karir sampai ke luar negeri. Disela-sela libur saya mencoba ikut les kursus bahasa inggris untuk mempersiapkan diri mengikuti program Government To Government (G To G) ke Jerman atau ke Jepang, ujarnya.
Setalah 1 tahun bekerja di Wisma Atlit Kemayoran Jakarta Pusat sebagai Relawan Covid-19 dan sambil menunggu program Government To Government (G To G) ke Jerman atau ke Jepang yang masih lama pendaftarannya, saya mengurungkan niat dikarenakan sudah dibuka lowongan pekerjaan di Arab Saudi.
“Dengan percaya diri dan modal nekat, saya mengikuti berbagi tahapan tes yang dilaksanakan di Jakarta yang lumayan rumit dan sengit persaingannya. Alhamdulillah setelah mengikuti tes saya dinyatakan lulus bekerja di salah satu Klinik At Tadawi Arab Saudi”, lanjut Nasyrah.
Bekerja di luar negeri, tentunya mempunyai hambatan tersendiri terutama terkait dalam budaya dan bahasa yang digunakan penduduk setempat. Alhamdulillah, selama di sini saya tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa berbahasa Arab.
Ia juga menuturkan, dalam berkomunikasi pun kami menggunakan dua bahasa, bahasa Arab saat berkomunikasi dengan pasien dan bahasa Inggris saat komunikasi dengan dokter.
Tentunya pengalaman ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Nasyrah, di mana ia menemukan banyak orang dari berbagi negara dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Nasyrah sangat bangga menjadi seorang perawat karena dengan profesi itu dapat mengantarkannya ke Arab Saudi dan bisa melaksanakan ibadah haji.
Dia juga sangat beruntung menjadi perawat, karena selain pekerjaannya yang mulia, yaitu merawat orang sakit, tapi profesi ini juga memungkinkan untuk bisa berkeliling dunia asalkan mau berusaha.
Mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan fasilitas yang membahagiakan, ditambah dengan bonus bisa beribadah di baitullah membuat Nasyrah berat untuk meninggalkan pekerjaan ini.
“Namun, bekerja di luar negeri tidak untuk selamanya karena pada waktunya harus kembali ke tanah air”, ucap anak terakhir dari 8 bersaudara, pasangan Abduh A. Rasyid (alm) dan Aisyah Ahmad.
Kepada generasi muda Aceh, khususnya Alumni STIKes Jabal Ghafur, Nasyrah berpesan supaya terus belajar dan mencari pengalaman ke mana pun, bahkan sejauh mungkin meninggalkan tanah air.
“Namun, setelah itu kembalilah untuk tanah air karena pada saat itu kita akan merasakan bagaimana rasanya rindu dan cinta yang begitu mendalam terhadap tanah air sendiri”, pesan Nasyrah sembari mengakhiri kisahnya.(AA/hR)