DAERAH  

Pukat Trawl Beroperasi di Perairan Aceh Timur, Nelayan Kecil Mengaku Rugi

Photo: Bustami salah satu Nelayan tradisional di wilayah Kuala Idi Aceh Timur ketika ditemui hR. Sabtu (10/12/photo/Raz).

Aceh Timur, haba RAKYAT | Terlihat semakin bebas pukat harimau (trawl) beropersai di kawasan perairan laut Aceh Timur sejak tiga tahun silam hingga kini terus berlanjut, menyebabkan nelayan kecil semakin resah dan mengaku rugi. Selain pendapatan ikan nelayan tradisional berkurang, sejumlah alat tangkap nelayan kecil juga menjadi korban keganasan pukat harimau. Sabtu (10/12/2022)

Bustami mewakili beberapa nelayan kecil lain nya saat ditemui awak media mengatakan, nelayan kecil telah mengalami kerugian yang besar, karena banyak alat tangkap mereka yang hilang di terkam pukat harimau seperti rumpon ikan, jaring, bubu dan pancing rawe, ungkapnya.

Bustami warga Desa Pusong Idi Rayeuk ini pun mengaku geram atas ulah boat katrol yang beroperasi kian ganas di perairan Aceh Timur, ia pun mengaku bahwa sebanyak 97 alat perangkap kepiting (rajungan) milik nya lenyap saat di pasang 1 mil jaraknya dari bibir pantai akaibat terseret pukat harimau. “iya bg, pada hari rabu 7/12 kemaren, sebanyak 97 alat tangkap kepiting saya habis di seret jaring pukat harimau, ” kata Bustami dengan nada sedih campur geram.

Ditambahakan, akibat alat perangkap kepiting di garuk jaring pukat harimau, Bustami pun mengaku kerugian nya sudah capai Rp 15 juta. “Saya sempat minta ganti rugi kepada Toke boat trawl, tapi tidak ada tanggapan, malah sebalik nya mereka mengatakan tidak bersalah”, ujar Bustami.

Menurutnya, terdapat ratusan nelayan miskin lain nya yang jadi korban keganasan pukat harimau, hanya saja mereka takut akan hal yang tak diinginkan, hingga tidak memprotes.

“Mungkin karena takut untuk protes dan melaporkan karena informasi pemilik boat pukat harimau adalah mafia-mafia yang punya backing kuat, akhir nya nelayan tak berdaya dan pasrah,” tuturnya sedih.

Hal senada juga disampaikan Yusuf Zain nelayan asal Kuala Simpang ulim, ia menduga ada oknum yang terlibat dan membacking, sehingga para penunggang pukat harimau aman-aman saja. “Saya nelayan yang ikut menjadi korban, tuah/sarang ikan milik nya yang baru seminggu di bangun di seret oleh pukat harimau,” bebernya.

Bagaimana saya sedih, biaya untuk membangun tuah/sarang ikan tidak sedikit, namun baru seminggu dipasang sudah lenyap di seret pukat harimau,” cetusnya.

Yusuf juga menuding Panglima Laot tidak konsisten dalam menjalankan amanah para nelayan. “Panglima Laot tetlihat tidak tegas dan tak konsisten menjalankan amanah nelayan, untuk menertibkan boat pukat harimau yang meresahkan,” tegas Yusuf seraya meminta dinas terkait untuk turun tangan selamatkan nelayan kecil.

Berdasarkan hasil penelusuran awak media, terlihat jenis pukat harimau yang beroperasi di perairan Aceh Timur, selain boat pukat harimau berasal dari Sumut, terdapat juga belasan boat pukat harimau berasal dari Idi Rayeuk dan Peureulak Aceh Timur.

Informasi yang berhasil dihimpun media ini, diduga kuat ada oknum wakil rakyat (dewan) sebagai pemilik kapal pukat harimau tersebut. Untuk mendapatkan data dan fakta yang sebenar nya terkait pemilik boat pukat harimau, wartawan akan terus melakukan investigasi ke berbagai sumber terpercaya lain nya. (Raz)