Ribuan petani di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air untuk mengairi sawah, disebabkan saluran tersebut dilaporkan mengalami kerusakan parah dan tertimbun material tanah serta batu-batuan. Foto : Khaifi/haba RAKYAT.
ACEH SELATAN – haba RAKYAT | Ribuan petani di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, terpaksa menahan napas panjang akibat sulitnya mendapatkan pasokan air untuk mengairi sawah. Kondisi ini dipicu oleh rusaknya pintu saluran irigasi yang menjadi sumber utama aliran air ke lahan pertanian warga.
Saluran tersebut dilaporkan mengalami kerusakan parah dan tertimbun material tanah serta batu-batuan, sehingga menyebabkan aliran air tersumbat total. Akibatnya, sebagian besar sawah petani kini mengering dan tak bisa diolah.
“Sudah hampir tiga bulan kami kekeringan. Untuk membajak sawah saja susah, air tidak mengalir sama sekali. Pintu air banyak yang rusak, air dari saluran utama tidak bisa masuk. Kalau begini terus, kami bisa gagal tanam,” ujar Sudirman, salah satu petani setempat, kepada Haba rakyat co.id Minggu (2/11/2025).
Keluhan serupa disampaikan oleh sejumlah petani lainnya. Mereka menilai pihak penjaga pintu air dan instansi terkait seolah menutup mata terhadap penderitaan masyarakat yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian.
“Kami sudah beberapa kali melapor, tapi jawaban mereka selalu sama, akan ditindaklanjuti. Nyatanya, sampai hari ini tidak ada perbaikan apa pun. Kami merasa pemerintah tidak lagi peduli dengan nasib petani,” ungkap Salmini dengan nada kecewa.
Petani berharap pemerintah daerah, khususnya dinas terkait, segera turun tangan memperbaiki infrastruktur irigasi. Mereka memperingatkan, jika kerusakan ini terus dibiarkan, maka produktivitas pertanian dan hasil panen padi tahun ini terancam menurun drastis.
“Hampir semua sawah kini kering, mulai dari belakang Masjid Kota Pajar hingga ke Simpang Empat di belakang Kantor Camat Kluet Utara dan Jambo Mayang. Banyak pintu air rusak, sementara petugasnya hanya makan gaji buta,” tambahnya dengan nada kesal.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Aceh Selatan, Ir. Rima Evedhendedy, ST, MSP, menjelaskan bahwa kekurangan pasokan air di wilayah irigasi Paya Dapur, Gunung Pudung, dan Beutong terjadi karena menurunnya debit sungai.
“Dari hasil pantauan lapangan, debit sungai memang mengecil. Karena sistem irigasi masih menggunakan free intake, maka ketika air sungai menyusut, debit air yang masuk ke saluran irigasi juga tidak maksimal,” terang Rima.
Pihaknya mengaku telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pengairan Provinsi Aceh untuk segera mengambil langkah cepat dalam mengatasi krisis air tersebut.
“Kami sudah sampaikan laporan dan akan ada tindak lanjut segera. Dalam kunjungan Bappenas RI dua minggu lalu, kami juga menunjukkan langsung kondisi irigasi dan mengajukan pembangunan bendung permanen di tiga titik irigasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” ujarnya.
Rima menambahkan, pihaknya saat ini tengah mencari solusi darurat agar suplai air bagi petani di wilayah terdampak bisa segera tercukupi.
Via/hR
Eksplorasi konten lain dari Media haba RAKYAT
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.





