Adnan NS (kiri) bersama Atal S Depari, Ketum PWI Pusat.
Sigli, haba RAKYAT | Adnan NS mantan pengurus PWI pusat dari Ujung Sumatera menanggapi issue terkini tentang wacana “Injeksi Biologis” untuk pers nasional.
Ia sangat mendukung sikap PWI Pusat menolak tawaran tunjangan untuk wartawan bersertifikat. Dia khawatir kalau ini terealisir, nanti bisa saja setelah realisasi proses take and give, pemerintah akan mengatur arus infomasi one way traffic Communication (satu arah) seperti awal masa pengambil alihan jabatan kepresidenan di balik Gestapu 1965.
“Dengan demikian, bisa saja akan terkuburnya independensi dan interaksi jalinan pers positif -pemerintah dan masyarakat”, ujarnya, saat diminta tanggapan oleh media ini terkait sikap PWI Pusat tolak tunjangan untuk wartawan, Minggu (03/07/2022).
Selama ini sudah terjalin erat hubungan pers sebagai media atau penyambung lidah antara masyarakat dengan pemerintah dan sebaliknya secara two way traffic communication (komunikasi dua arah).
“Saya secara pribadi justeru curiga, jangan-jangan issue ini sengaja dimunculkan oleh pihak tertentu untuk memutus rantai independensi pers nasional yang berkompetensi yang terbungkus dengan predikat sertifikasi dan pers yang belum bersertifikasi, untuk tujuan missi terselubung”, pertanya Adnan NS, Penyandang Press Card Number One (PCNO) 2014 di Jambi ini.
Hati-hati!! Pers Nasional kita, kini sedang dicoba benturkan sesama dengan menggunakan tambahan syahwat biologisnya, Adnan NS mengingatkan.
“Kini ada aksi secara merayap menggelar asosiasi pers abal-abal atau semacam pers buzzer di bawah kendali salah seorang oknum Menteri Kabinet Jokowi untuk menandingi asosiasi pers legal”, demikian kata pemegang kartu UKW Utama 2011 tersebut. (AA/hR)