Aceh Utara, haba RAKYAT | Peribahasa “Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing seakan tak pernah lekang dan tidak asing lagi serta telah menyatu di tubuh para Pemuda Gampong Rayek Glang-Glong (Pemuda RGG), Kecamatan Matangkuli Kabupaten Aceh Utara. Suasana penuh kekompakan dan kebersamaan terlihat jelas, baik suka maupun duka. Mereka (para pemuda) siap hadir untuk menyumbangkan tenaganya bagi warga yang membutuhkan bantuan dalam kegiatan di gampong, baik itu khanduri udeep (kenduri hidup) seperti peresmian pernikahan atau pesta perkawinan maupun khanduri mate (kenduri orang meninggal).
Hal ini sebagaimana terlihat pada Selasa (21/06/2022), Ketua Pemuda RGG, Marsuddin Ismail atau akrab disapa (Bang Pion) yang juga mantan anggota perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (Eks-GAM) mengatakan, di salah satu rumah pesta perkawinan yang juga Pemuda (RGG) di sini, tepatnya di Dusun Bustanussa’adah, para pemuda gampong RGG bekerja sama dalam mempersiapkan hidangan untuk tamu undangan yang akan hadir, jelasnya.
“Kita harus senantiasa siap bahu-membahu dalam membantu saudara-saudara ketika kita dibutuhkan,” ujar bang Pion.
Menurutnya, kekompakan pemuda sangatlah penting dalam sosial kemasyarakatan karena dengan adanya kekompakan dan kebersamaan para pemuda, sangatlah membatu masyarakat.
“Kekompakan yang sudah ini, kiranya terus terpelihara untuk selamanya,” harap mantan anggota GAM ini.
Saat ditanyai wartawan, bagaimana kisah awal dalam menyatukan para pemuda di gampong Rayeuk Glang-glong ini supaya tercipta kekompakan untuk kemajuan gampong.
Jawabnya singkat, bisa dibilang gampang-gampang susah.
Lebih lanjut, bang Pion bercerita, cara menyatukan pemuda Gampong RGG semua orang tahu, bahwa pemuda merupakan generasi penerus bangsa dan calon-calon pemimpin masa depan negeri ini.
“Apakah mereka itu akan menjadi seorang Kepala Keluarga, Kepala Desa, Kepala Dinas, Menteri, Bupati, Gubernur, sampai dengan Presiden, peran pemuda dalam membangun negeri memang sangatlah penting, dan tak terkecuali mereka yang tinggal di gampong,” ungkapnya.
Para pemuda yang tinggal di gampong-gampong juga memiliki kesempatan untuk membangun gampongnya agar lebih maju dan berkembang. Namun, ada beberapa kendala yang membuat mereka cenderung sulit bersatu. Salah satunya adalah karakter yang berbeda dan kurangnya waktu untuk beradaptasi agar mereka dapat saling bekerjasama dalam membangun gampong.
“Perbedaan karakter dan kurangnya waktu untuk beradaptasi inilah yang akan menjadi tantangan, yang harus mereka hadapi, bukan berarti penyatuan yang dilakukan merupakan hal yang mustahil,” imbuhnya.
Lebih jauh, bang Pion menuturkan, komunikasi merupakan bagian terpenting dan paling dasar untuk membuat seseorang melakukan interaksi. Komunikasi juga menjadi bagian awal sehingga terbentuklah sebuah kelompok Pemuda Gampong RGG, baik yang menetap di gampong maupun di perantauan.
Bang Pion menambahkan, persatuan dan kesatuan serta kekompakan Pemuda Gampong (RGG) yang terbangun sejak lama itu, tidak terlepas dari kepedulian dan bantuan rekan-rekan pemuda yang ada di perantauan, seperti di Malaysia dan Pulau Jawa yang selama ini selalu rutin mengirimkan bantuan setiap tahun.
“Tatkala menyambut Maulid Nabi, mereka mengirimkan bantuan uang untuk dibelikan seekor kambing dan ada yang mengirimkan bantuan untuk di buatnya papan bunga,” pungkasnya. (Yoes/hR)