Aceh Utara, haba RAKYAT | Wafatnya ulama bukan hanya menyisakan kepedihan dan duka yang mendalam saja. Akan tetapi, itu merupakan salah satu pertanda bahwa ilmu di muka bumi ini lambat laun akan hilang.
Wafatnya ulama juga diibaratkan padamnya bintang yang terang. Sehingga dunia menjadi gelap karena hilangnya cahaya penerang.
Demikian sekilas ungkapan yang disampaikan Kepala MIN 30 Aceh Utara, H. Muhammad Yusuf, S.Pd.I kepada haba RAKYAT usai menerima kabar meninggalnya Tgk. H. Muhammad Amin Mahmud yang akrab disapa Abu Tumin, pimpinan Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Blahdeh-Bireuen, Selasa (27/09) sore.
Dikatakan, kabar meninggalnya Abu Tumin diketahui pertama kali dari pesan WhatsApp Keluarga yang dikirim keponakannya Nanda Savira yang beralamat di Gampong Cot Gadong, Blang Blahdeh.
“Innalillahi Wainnailaihi Raji’un. Abu Tumin ka geutinggai geutanyoe” (Abu Tumin telah meninggalkan kita), tulis Vira singkat dalam WA nya.
Kemudian, setelah memastikan kabar duka tersebut, sejumlah WA group yang ada di handphone nya tertulis hal senada dan langsung beredar cepat di media sosial.
Di group Ayo Madrasah (group WA kepala madrasah di lingkungan Kemenag Aceh Utara), Innalilahi Wainnailaihi Raji’un, telah berpulang ke Rahmatullah Tgk. H. Muhammad Amin Mahmud (Abu Tumin Blang Blahdeh), sekira pukul 15:45 WIB di RSUD dr. Fauziah, Bireuen. Semoga Husnul Khatimah.
Abu Tumin termasuk salah seorang ulama sangat berpengaruh di Aceh, kini telah dipanggil Sang Khaliq dan meninggalkan kita untuk selamanya.
“Innalillahi wainnailaihi raji’un. Atas nama pribadi dan Kepala MIN 30 Aceh Utara serta Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (K2MI) Aceh Utara, kami menyampaikan duka yang mendalam. Semoga almarhum Abu Tumin mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran, kata H. Muhammad Yusuf dalam keterangannya. (Yoes/hR)