Panglima Laot Kuala Idi Cut Herman, Senin (20/2/photo/MR/hR).
Aceh Timur, haba RAKYAT | Sungguh
miris nasib nelayan kecil di Kuala Idi Cut Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur. Pasalnya nelayan tradisional dikawasan itu mengaku sudah lama kesulitan dalam mendapatkan BBM subsidi jenis solar. Sementara untuk dapat melaut nelayan sangat membutuhkan BBM sekitar 80 ton per bulan, hal tersebut disampaikan beberapa nelayan kecil diwilayah tersebut beberapa waktu lalu kepada media ini.
Akhirnya, keluh kesah nelayan itu diungkap kepada beberapa awak media pada, Jum’at. (18/02/2023). Mereka mengaku banyak membutuhkan minyak memenuhi bahan bakar boat nelayan di kawasan itu sebanyak 80 hingga 100 unit, dengan rata-rata 30 Gross Tonnage (GT).
“Untuk bisa melaut, kami banyak butuh minyak solar, namun selama ini terpaksa kami beli pada agen liar dengan harga mahal. Iya terpaksa kami beli juga, karena sulit kami dapatkan BBM Subsidi di SPBU resmi. Meskipun mengantongi surat rekomendasi dari Dinas terkait,” ungkap salah satu nelayan setempat seraya meminta media ini tidak mencatut namanya dengan nada serius.
Hal senada juga disampaikan Panglima Laot Kuala Idi Cut Herman. Ada beberapa kesulitan yang di hadapi para nelayan dalam mengambil minyak solar di SPBU terdekat, kata Herman. “Untuk dapatkan minyak subsidi, nelayan harus antri beberapa hari di SPBU, bahkan minyak solar sering langka,” papar Herman.
Selain harus antri, tambah Herman, nelayan kecil juga sering berurusan dengan aparat keamanan, meskipun mengantongi surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Timur, ungkapnya, sambil menunjuk dua orang nelayan yang berada di sampingnya yang mengaku pernah dipanggil pihak berwajib.
“Jika pun ada surat rekom, nelayan sering berurusan, makanya mereka enggan mengambil minyak ke SPBU. Dari pada kesulitan dan bermasalah, walaupun harga minyak mahal, iya apa boleh buat nelayan terpaksa beli dari agen liar, kalau beli dari agen, di antar langsung kemari, jadi tidak ribet walaupun harga lebih mahal,”
Saat dipertanyakan, soal harga BBM Subsidi yang diduga diperjualbelikan oleh agen liar. Apakah harga beli sama dengan harga untuk industri. “Bukan, tetap harga minyak solar subsidi, walau harga nya lebih mahal sedikit, sekitar Rp 8, 500 hingga 10,000 per liter,” ucap Herman.
Lantas, bagaimana pihak agen liar mendapatkan minyak solar subsidi dan darimana mereka dapatkan? Apakah mereka mengambil surat rekomendasi nelayan yang di terbitkan oleh DKP Aceh Timur sebagai dasar mereka dapatkan minyak dari Pertamina.
“Mereka (agen) tidak mengambil rekomendasi nelayan, tapi bagaimana mereka punya minyak solar, kami tidak mengetahui nya,” tandas Herman. (M/R)