DAERAH  

Meunasah Pante Teungoh Sigli, Saat Lurah Membangun, Jadi Pj Bupati Meresmikan

Sigli,haba RAKYAT I Pj. Bupati Pidie, Drs. Samsul Azhar, Selasa (29/10/2024) pagi ke Pante Teungoh, Kota Sigli. Kehadirannya tersebut dalam rangka Saweu Gampong untuk bersilaturahmi dengan Sahabat Kerabat dan Warga, sekaligus meresmikan pembangunan Meunasah Gampong Pante Teungoh.

Acara Saweu Gampong ini dilaksanakan bukan tanpa alasan. Diketahui, sebelumnya saat pertama bertugas di Pidie, antara tahun 1994-1997, Drs. Samsul Azhar menjabat sebagai Lurah Pante Teungoh, yang tak lain adalah kampung halamannya.

Oleh karena itu, Saweu Gampong ini dilaksanakan dalam rangka silaturrahmi dengan Sahabat, Kerabat, serta seluruh masyarakat Gampong Pante Teungoh, sekaligus dilakukan peresmian meunasah, dimana pembangunannya (meunasah) ini dimulai pada 1995, semasa Ia menjabat Lurah.

Pj Bupati mengatakan, pada saat ia menjabat kala itu kondisi fisik dan lingkungan Meunasah Pante Teungoh sangat jauh berbeda dengan saat ini. Ia berujar bahwa dulu Meunasah Pante Teungoh masih berbahan dasar kayu di atas lahan yang dikelilingi rawa-rawa.

Hingga pada tahun 1995, selaku Lurah Pante Teungoh berinisiatif, mengajak masyarakat, tua maupun muda untuk membangun meunasah tersebut menjadi lebih baik.

Melihat kondisi Meunasah Pante Teungoh saat ini, lebih kokoh dan megah, Pj. Bupati memberikan apresiasi serta terimakasih kepada seluruh masyarakat Gampong Pante Teungoh yang telah bekerjasama bahu membahu penuh semangat dan satu kata untuk membangun meunasah tersebut.

Ia sempat sekilas meriwayatkan perjuangan dalam upaya mengawali pembangunan meunasah Pante Teungoh, dimana pada masa itu situasi daerah dalam keadaan tidak baik-baik saja (konflik).

Sehingga untuk memulai pembangunan dengan mematangkan lahan berupa rawa- rawa dengan mengerahkan alat berat (beko) dan sejumlah truk sangatlah sulit, ini masalah situasi (Teknis Khusus) bukan teknis kerja.

Jadi dengan teknis khusus yang dimilikinya, penimbunan rawa- rawa sebagai lahan tempat meunasah ini bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Bersama para tokoh setempat, perencanaan dan memulai pembangunan pun berjalan dengan baik, semua sepakat untuk menyelesaikan pembangunan hingga seperti hari ini untuk diresmikan.

Khususnya tempat wudhu, karena dimakan usia dan ada beberapa bagian yang tidak berfungsi lagi, termasuk tampungan air, sehingga harus dibangun baru, dan perencanaannya sudah dibuat.

Sedangkan Balee (Balai) bangunan tanpa dinding yang berada di belakang meunasah juga rencananya akan dipugar, karena sudah lapuk.

Balai ini dibuat sekira tahun 50-an, yang biasanya digunakan untuk tempat duduk duduk bermusyawarah ataupun tempat berbuka puasa dengan menu Kanji, bubur khas di bulan ramadhan.

Menurut Pj Bupati, Balai ini akan dipugar, mengingat sejarah Balai yang dulunya tempat berkumpulnya tokoh-tokoh gampong untuk bermusyawarah.

Prosesi peresmian Meunasah Gampong Pante Teungoh ditandai dengan penandatanganan Prasasti oleh Pj. Bupati Drs. Samsul Azhar dan didampingi oleh Plt. Asisten I Setdakab Pidie, Almanza, S.STP.

Kemudian, Camat Kota Sigli, Husaini, S.Sos., Danramil 21/Kota Sigli, Kapolsek Kota Sigli, Keuchik Gampong Pante Teungoh, Ridwan Yacob, Ketua dan Anggota Tuha Peut, Ketua Badan Kemakmuran Meunasah, Irvan Ismail, para Imam Meunasah Tgk. Jamal H. Mahmud, dan Tgk. Rusli Raden.

Turut disaksikan, Kadis Syariat Islam, drh. H. Fazli, M.Si., Kadisdikdayah, drh. Muslizar Efendi, Kadis PRK, Thantawi, S.T., M.T., Kepala DPMG, Wahidin, S.STP., M.Si., Kepala KUA Kota Sigli, Kapuskesmas Kota Sigli, dan Kabid Penunjang Pelayanan RSUD TCD Sigli, Khairina, S ST., M.K.M.

Turut hadir pada peresmian ini, para Imum Mukim, para Keuchik dalam Kecamatan Kota Sigli, para Tokoh termasuk H. Salidan Bugis dan masyarakat setempat.

Melalui kesempatan ini, Pj. Bupati Pidie turut menyerahkan santunan kepada 8 Anak Yatim/Piatu yang ada di Gampong Pante Teungoh. Ia berharap santunan tersebut dapat bermanfaat.

Sebelumnya Ia juga mengingatkan Panitia untuk menyuguhkan Beuleukat Kuah Tuhe kepada yang berhadir sebagai menu pada acara peresmian ini.

“Beuleukat Kuah Tuhe merupakan menu tradisi Pidie, seperti halnya Apam Kuah yang telah mendapat pengakuan nasional (Sertifikat) dari Kemendikbud RI sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB), juga kita berharap Beuleukat Kuah Tuhe mendapatkan pengakuan yang sama”, jelasnya.

Terlepas dari itu, melestarikan budaya indatu suatu kewajiban bagi kita semua, betapa tidak, kata Pj Bupati, suatu tradisi (makanan) yang telah ratusan tahun lalu diciptakan oleh leluhur kita, yang begitu lezat (enak), namun untuk menikmati saja kenapa begitu susah bagi kita.

“Padahal kita yang di sini belum tentu, bahkan belum bisa membuat suatu menu yang begitu enak, apalagi disukai oleh banyak orang. Jadi melestarikan suatu budaya juga merupakan bentuk dan cara kita menghormati, menghargai, leluhur kita sendiri”, ujar Pj Bupati Drs. Samsul Azhar di penutup sambutannya.

Acara sakral ini diakhiri dengan Peusijueuk (tepung tawar) meunasah sekaligus Doa keberkatan oleh Tokoh adat yang juga Imum Gampong, Tgk Rusli Raden.(AA/hR)