DAERAH  

Sastrawan Aceh, Tgk. Mahdi Idris Menghadap Sang Khaliq

Aceh Utara, haba RAKYAT | Tgk. Mahdi Idris, M.Sos dikenal sebagai sastrawan Aceh telah pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Sang ustadz yang selalu aktif di berbagai Muzakarah Ulama Aceh Utara dan Aceh Timur mampu mengatur waktu bisa aktif sebagai penulis buku, artikel untuk media nasional, sajak sajak dan Cerpen Bahasa Aceh.

Beliau telah berjuang dengan penyakit hampir dua bulan berbaring tanpa daya, dan pada Rabu (22/06), sekira pukul 15.29 WIB menghadap Sang Khalik di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe, Aceh Utara setelah sempat dirawat beberapa hari di ruang ICU, karena mengalami degradasi kesehatan.

Berdasarkan pantauan media ini, Almarhum disemayamkan di rumahnya gampong Hueng Tanah Luas dan shalat jenazah tahap pertama diimami oleh putra pertamanya Sahal santri Dayah Syamsyuddhuha Dewantara. Kemudian Almarhum dimakamkan di tanah kelahirannya, Gampong Keureutoe Kecamatan Lapang.

Terlihat kerabat karib, guru dan muridnya melayat sampai ke rumah duka Gampong Hueng, Tanah Luas dan rumah orang tuanya di Keureutoe Kecamatan Lapang Aceh Utara.

Suasana haru menyelimuti rumah duka, Almarhum Tgk. Mahdi dikebumikan Rabu malam, sekira pukul 20.30 WIB di pemakaman umum, tepatnya sebelah timur rumah kelahirannya.

Pria kelahiran Gampong Keureutoe, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara pada 3 Mei 1979 itu, semasa hidupnya selalu membimbing 4 anaknya dan 3 di antaranya aktif menuntut ilmu di sejumlah pesantren di Aceh Utara.

Almarhum selalu aktif dalam berbagai kegiatan MPU, terakhir beberapa bulan yang lalu masih aktif sabagai Tim Perumus Muzakarah Ulama di Dayah Abu Paya Pasi Aceh Timur dan Muzakarah Ulama Tanah Luas.

DR. Tgk. Abdullah, M.Ag anggota MPU Aceh Utara mengaku sangat kehilangan di MPU selama ini. ”Kami selalu bersama berdiskusi dan menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan oleh Ketua MPU, dia sangat aktif dan ulet dalam bekerja,” ungkap Alumni HMI Lhokseumawe.

Hamdani, M.Sos yang di kenal teman akrabnya juga mengaku sangat merasa kehilangan, beliau pernah bercita-cita, bangun rumah sebelum kuliah Pasca Sarjana dan mengantar anak-anaknya ke dayah-dayah di Aceh Utara.

“Alhamdulillah itu sudah terkabul, namun ada satu lagi cita-citanya, yakni mendirikan dayah di kawasan Buket Hagu Lhoksukon atau Alue Leuhop,” sebut Hamdani menirukan perkataan terakhirnya tiga bulan yang lalu di Aroma Kupi Cunda Lhokseumawe.

Hamdani juga salut dengan kegigihan sang penulis muda itu, yang hari-harinya mampu mengkaver tugas mengajar di dayah, balai pengajian, memimpin rapat komisi MPU, mengajar di kampus dan menulis bahan lomba tingkat nasional, bahkan mengikuti kegiatan keagamaan di Aceh Utara.

“Beliau pantas dibanggakan sebagai santri dayah berprestasi, saya kenal beliau saat masih menjadi santri di Almuslimun Lhoksukon tahun 1996, yang ketika itu saya diperkenalkan oleh ustazd Ibnu Sofwan Indramayu,” katanya mengenangkan.

Hamdani melanjutkan, perjalanan beliau begitu terjal, itu bisa dimaknai dari karya-karyanya seperti buku berjudul Lelaki Bermata Kabut, Jawai dan belasan judul lainnya.

Salah seorang tokoh masyarakat Meunasah Baro, Samudera Geudong juga sangat merasa kehilangan atas kepergian Tgk. Mahdi Idris, bahkan sempat terucap bahwa di Gampong Meunasah Baro jamaah pengajian yang dibimbing almarhum selama beliau sakit tidak aktif lagi.

“Pengajian mingguan yang sudah 6 tahun lebih dipimpim oleh Almarhum di Meunasah Baro, sejak almarhum mengalami sakit, pengajian jadi terhenti dan tidak aktif, kami sangat merasa kehilangan,” ungkap Geusyik Ham, yang juga murid Almarhum.

Tgk. Mahdi Idris merupakan sosok dari kalangan santri dayah menuju MPU Aceh Utara, hampir 10 tahun mengabdi di MPU sebagai tenaga ahli dan anggota MPU, 10 tahun menjadi guru bakti pada Dayah Ruhul Islam Tanah Luas dan tercatat sebagai Dosen Jami’atut Tarbiyah Lhoksukon, IAIN Lhokseumawe dan Universitas Malikussaleh.

Selain itu, almarhum juga aktif sebagai Dewan Juri MTQ Aceh Utara, sebagai guru ngaji, Khatib dan Tim Perumus Muzakarah Ulama Aceh Utara dan Aceh Timur.

Kini semua tinggal kenangan, ia telah menghadap Sang Khaliq meninggalkan 4 putra-putri. Selamat jalan guru kami, semoga husnul khatimah. (Yoes/hR)